- 07 Mar
- 2020
Prof. Henry: Persoalan Kebangsaan di Era Digital
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI Bidang Hukum Bapak Prof. Dr. Drs. H. Henry Subiakto, SH, MA menyambangi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) pada Sabtu 7/3/2020 untuk melakukan diskusi singkat bersama beberapa dosen tetap UMK di Ruang rapat FEBI UMK.
Untul Mengisi kedatangannya di Kota kendari, guru besar FISIP UNAIR itu menyampaikan tema Beberapa Persoalan Kebangsaan di Era Digital.
Prof. Henry mengawalinya dengan membuka fakta tentang multikulturalnya Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki penduduk sebanyak 265 juta dengan 480 etnis, 700 sub etnis. Dengan Bahasa resmi Bahasa Indonesia dimana diikuti dengan 742 bahasa darerah dengan dialek serta 5 agama resmi. Walau demikan Indonesia dibungkus dalam satu wadah yaitu Pancasila, “bukanya.
Dia juga menjabarkan beberapa fenomena sosial di era digital. Pertama, di era digital semua orang bisa menjadi komunikator. Jadi pemproduksi pesan, jadi wartawan hingga jadi pengamat dan lain-lain. Kedua, diera digital orang hanya bisa terpisah dari Hp nya 7 menit dan rata-rata 3-4 jam sehari terkoneksi dengan internet dan ketiga, terjadi ketergantungan terhadap internet dan isinya. Maka konten internet adalah persoalan yang sangat berpengaruh terhadap netizen.
Sebagai pengguna internet dan media sosial kita hendaknya bijak dalam menggunakan medsos, membaca baik baik konten dan informasinya sebelum kita share dan memastikan itu hoax atau bukan,” tuturnya.
Mengapa medsos digandrungi?
Medsos memfasilitasi hasrat manusia untuk diperhatikan dan memperhatikan. Medsos menjadi panggung sosial, politik, speaker, dan amplifier berbagai moment. Medsos jadi sarana ritual pengisi waktu. Orang ingin dinilai paling cepat, dan paling ngerti. Medsos menjadi sumber disinformasi yang merongrong demokrasi (paradox of democracy). Medsos menciptakan kebenaran semu lewat kegaduhan dan echo chambers. Muncul fenomena The economy of attention, perhatian sebagai komoditas sebagaimana diungap dalam buku karya Syiva Vaidhyanathan, 2019. Medsos surveilence user-nya hingga tidak menyisakan ruang privat.
Diera Digital ada Fenomena matinya kepakaran. Menurutnya, Orang hanya percaya pada berita yang mereka suka. Internet membutakan banyak orang.Banyak orang kritis bukan berdasar fakta, tapi sekadar mempertahankan keyakinannya. Banyak orang tidak bisa membedakan informasi faktual dan hoax. Kekacauan ini makin menjadi jadi karena kebanyakan orang malas konfirmasi. Donald Trump contoh bagaimana media bereputasi dituduh menyebarkan hoax jika informasinya tidak meguntungkan,” terang guru besar FISIP Unair tersebut.
Tinggalkan Komentar